Kebutuhan akan rumah sebagai tempat tinggal saat ini merupakan kebutuhan yang sangat dasar bagi masyarakat sehingga pembangunan akan rumah menjadi sangat pesat. Rumah dibangun dengan berbagai jenis model sesuai selera masing-masing orang yang akan menempatinya. Pembangunan rumah baik itu oleh developer atau secara pribadi tentu saja membutuhkan material yang beragam juga. Salah satu material yang paling banyak digunakan sebagai material untuk dinding rumah yaitu batu bata.
Semakin meningkatnya kebutuhan akan bahan
bangunan terutama batu bata, akan menyebabkan kebutuhan tanah
galian juga semakin banyak. Sebagai contoh sederhana saja, untuk rumah type 36 paling tidak dibutuhkan 6000 buah batu bata dengan ukuran 20x15x5 cm, bagaimana dengan kebutuhan batu bata untuk bangunan-bangunan "Mega Proyek yang saat ini sedang dikerjakan"???.
Tanah untuk pembuatan batu bata paling cocok pada tanah subur yang produktif. Dengan dipicu
dari rendahnya tingkat keuntungan berusaha tani dan besarnya resiko kegagalan,
menyebabkan lahan-lahan pertanian banyak digunakan untuk pembuatan batu bata. Penggalian tanah sawah untuk galian batu bata disamping akan
merusak tata air pengairan juga akan terjadi kehilangan
lapisan tanah bagian atas (top soil) yang relatif lebih subur, dan meninggalkan
lapisan tanah bawahan (sub soil) yang kurang subur, sehingga lahan sawah akan
menjadi tidak produktif. Nah pertanyaannya sekarang, apakah penggunaan batu bata masih bisa dikatakan material yang RAMAH akan LINGKUNGAN, atau GREEN Building???....
Aktivitas penambangan lahan baik sawah maupun pekarangan untuk produksi
batu bata saat ini semakin mengkhawatirkan. Setidaknya ratusan hektar
lahan sawah rusak, jaringan irigasi terganggu, dan muncul sarang nyamuk untuk
penyebaran demam berdarah dan hal ini akan terus meningkat mengikuti pesatnya pembangunan yang mengunakan material batu bata. Yang lebih mengkhawatirkan lagi, bekas galian dibiarkan
begitu saja tanpa penanganan dn pemilik biasanya menjual lahan yang sudah rusak
dengan harga murah.
Meski sudah menimbulkan kerusakan lingkungan yang cukup parah, Pemerintah
saat ini belum bertindak. Mereka masih diliputi dilema. Pembiaran
dilakukan karena menyangkut mata pencaharian masyarakat. Selama ini belum ada tindakan tegas karena
aktivitas masyarakat pembuat batu bata menyangkut soal perut. Namun sebagian masyarakat mulai memanfaatkan bekas galian untuk kolam ikan. Meskipun sedikit
menyelesaikan persoalan lingkungan, kehadiran kolam- kolam tersebut membuat
irigasi terganggu karena pasokan air banyak tersedot ke kolam. KINI saatnya Pemerintah tidak bisa terus-terusan berlindung dalam dilema.
Kelangsungan hidup rakyat banyak perlu diselamatkan dan sudah saatnya kekhawatiran
ini membuahkan tindakan NYATA dan TEGAS.
Trus SOLUSInya????.......Saat ini telah ditemukan bahan bangunan alternatif penganti batu bata (EcoFaeBrick), Bata jenis ini terbuat dari limbah organik, yaitu kotoran sapi yang diolah
lebih lanjut menjadi batu bata. Bata jenis ini diperkenalkan oleh sebuah
perusahaan bernama EcoFaeBrick pada tahun 2009 dengan misi untuk memberikan
solusi bernilai ekonomi tinggi dari masalah laten sampah di sekitar daerah
pertanian. Tak hanya sekedar dikenal sebagai produk yang ramah lingkungan saja, Bata ini memiliki bentuk, warna, dan tekstur permukaan yang sama persis
dengan batu bata tanah liat dengan beberapa keuntungan sebagai berikut:
· Beratnya lebih
ringan 20%
· Kekuatannya lebih
tinggi 20%
· Biaya pembuatan
lebih rendah
· Lebih aman bagi
kesehatan
· Menekan emisi karbon
pada proses produksinya karena menggunakan energi biogas (tidak menggunakan
kayu bakar pada proses pengeringannya)
· Mencegah perusakan
lahan lebih lanjut akibat penggalian tanah liat
Ecofaebrick
juga mengklaim bahwa batu bata yang dibuat menggunakan 75% kotoran sapi ini
telah disempurnakan dalam proses pemanasan biogas yang mengurangi emisi
CO2 secara signifikan atas pembakaran kayu pada pembuatan batu bata
tradisional. Yang mana, pemanasan dengan cara tersebut diketahui dapat
mengurangi 1.692 ton CO2 pertahun. Bahkan, penggunaan ecofaebrick dapat
mengurangi pemakaian semen hingga 60%. SEMOGA ini menjadi masukan bagi kita bersama..,,SEKALI lg JAGALAH LINGKUNGAN untuk masa DEPAN anak dan cucu KITA...!!!!
Solusi pintar
BalasHapus